Tuesday, November 21, 2017

Being (Still) In Love With A Ghost (Not) Secretly.

Ia yang datang dan merasa saling menemukan. 

Ia yang hadir menyalakan sebuah mimpi yang layak untuk kembali diperjuangkan. 

Ia yang kemudian dalam sekejap melaju seolah merenggut keseluruhan hidup dengan pilu.  

Berdosakah saya untuk merindu sejumput perasaan itu kembali ketika ia merasa beruntung menemukan saya?

Merindu macam babu lama tak pegang sapu. 

Ia yang datang atas sebuah damba dan jawaban atas do'a. 

Ia yang hadir dengan begitu mudah. Tak memberi susah. Tak berakibat resah. Serasa bagai rumah. Dan terasa sungguh megah. 

Pertamakalinya dalam seumur hidup menemukan makhluk yang membuat diri ingin segera utuh. Dengannya serasa penuh. Penggenap teduh. Kepadanya saya merasa begitu bersungguh-sungguh. Tak peduli jika kemudian ia pula yang membuat jatuh. 

Ia yang kemudian berlalu dengan bisu macam hantu tak tahu malu menyisakan rindu macam benalu. 

Anehnya ketika ia lari, tak sampai hati menyatakan ia tak tahu diri. Intuisi yang kemudian menemani sepi. Karena tetap saja keyakinan ini tak juga turut mati. 

Untuk sebuah waktu yang tepat kembali berpihak, suatu saat nanti. 

Monday, October 09, 2017

No Preconceptions, Please.

Pada satu titik saya merasa begitu terjebak dalam sebuah asumsi, persepsi, dan ilusi seorang manusia terhadap manusia lainnya, yang adalah saya. Yang entah apa. 

Menyedihkannya, tak ada pula kerendahan hati terhadap kesempatan memberi dan diberi ruang bicara. Setiap orang berhak mendapatkannya, bukan? Untuk sekedar mengkonfirmasi, terlebih mencari tahu kebenarannya sendiri. Bukannya dihakimi begitu saja. 

Entah berapa kali hidup mengajarkan, bahwa asumsi tanpa konfirmasi seringkali hanya menyesatkan. 



Friday, August 11, 2017

Setidaknya

Pertama kalinya dalam seumur hidup dalam keadaan sadar, bukan lagi sekedar hubungan antara orangtua dan anak lelaki kecilnya, saya memeluk kedua orangtua saya. 

Seketika lubang-lubang kosong dari hati saya serasa terisi kembali sebagian. Kemudian memahami arti melepas dengan rela. Mengampuni apapun kesalahan mereka sebagai manusia. Membebastugaskan segala tanggung jawab mereka terhadap saya. 

Meskipun sebagian lainnya masih berlubang. Setengah penuh. 

Setidaknya. 

Wednesday, June 14, 2017

Penggenap Teduh


Semesta membawa pada sebuah perjalan untuk setiap yang saatnya tepat. 

Tanpa harus ada usaha yang sia-sia, tak perlu dengan dusta, tak merasa harus berpura-pura. Mendekati sempurna. 

Mudah. Tak memberi susah. Tak berakibat resah. Dan terasa sungguh megah. 

Ia yang hadir bukan karena datang, adalah saat saling menemukan. Semoga tak perlu ada saatnya pergi. 

Menggenapkan keteduhan. 



to the future we surrender! Life's to live and love's to love. ~ FLOAT. 




Wednesday, May 03, 2017

Kembali Bertemu Teduh

Kepada semesta saya mulai belajar berpasrah. 
Menyerahkan hidup untuk tetap ada dan cukup dengan seadanya. 
Menyederhanakan hal dengan menjadi rela. 
Menelusuri perjalanan dengan sewajarnya tak lagi banyak meminta. Cukup menikmati saja apa yang tersaji didepan mata. 

Kemudian saya merasa utuh. 
Akhirnya jiwa mendapati penuh. 

Pula akhirnya saya kembali bertemu dengan teduh. 

Monday, April 10, 2017

Terbentur Batu, Menyentuh Ujung Kuku.

Seringkali di masa yang belum lama, mengucap "tahu apa kamu soal saya?
Kepada sesiapa yang mudahnya berasumsi bahkan menghakimi.

Saturday, April 08, 2017

Dimanakah Kamu?

Disuatu ketika di tahun 2007, menghabiskan waktu dengan menikmati mall yang masih tergolong baru kala itu, seruput Mexican Iced Coffee kegemaran sambil update html myspace saat itu, menonton film "3 Hari Untuk Selamanya" di bioskop baru yang mengusung  konsep seru pengancam twentyone masa itu, menyaksikan pertunjukan langsung Float pertama kalinya. Lagu "Sementara" yang bercerita seolah  diciptakan untuk saya ketika itu. 

Jangan dikira saya tengah dijebak masa lalu. Ia tak akan menjebak, jika memang tak pernah beranjak. 


Tuesday, April 04, 2017

Saya Adalah Korban Pelecehan Seksual Pada Anak.

  
Sekilas, saya tengah mendapati photo masa kanak-kanak saya. Dibalik senyum malu-malu kala itu, saya sudah menyimpan ingatan kelabu yang terus mengganggu. Sampai kini. 

Sunday, April 02, 2017

Suatu Ketika, Menjelang Pagi.

Menjelang pagi saya mendapati diri menyepi.
Menjelang pagi saya menyatakan diri pergi. 
Menjelang pagi saya meresapi makna pergi yang bukan berarti lari.
Menjelang pagi saya tak mau lagi berdiri hanya untuk iri. Kepada mereka yang terlihat mudah menjalani hari-hari yang tersaji.

Saya tetap berkeras hati untuk mempertahankan mimpi, walau ia tak tahu diri.

Menjelang pagi saya menyadari untuk segera bercukur lagi.



Dengan segelas kopi, secuil roti, disebuah restoran siap saji, seorang diri, menjelang pagi. 

Saturday, April 01, 2017

Selayaknya Saya Berlalu.

Mendapati ia yang dalam sekejap pernah saya duga begitu angkuh menghakimi, ternyata memberi saya banyak keadilan.